Kumpulan Cerita Muda Mudi

Saturday 27 May 2023

Hasrat Sex Bu Rini Dan Pembantunya Marwan

| Saturday 27 May 2023

Hasrat Sex Bu Rini Dan Pembantunya Marwan

Hasrat Sex Bu Rini Dan Pembantunya Marwan
- Namanya Marwan. Dia adalah bawahanku dikantor Berasal dari Bandung yang sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota J. Di kota J. Suami istri berkecukupan dengan seorang lagi pembantu wanita Marni, dengan usia kurang lebih diatas Marwan 3-4 tahun. Marwan sendiri berumur 19 tahun jalan.

Suatu hari nyonya majikannya yang masih muda, Ibu Rini atau biasa mereka memanggil Bu Rini, mendekati mereka berdua yang tengah sibuk di dapur yang sedang membereskan dapur

“Marni.., besok Bapak hendak ke Aceh lagi. Tolong siapkan pakaian secukupnya..” perintahnya.
“Kira-kira berapa hari Bu..?” tanya Marni hormat.
“Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan.”
“Baiklah Bu..” tukas Marni mahfum.

Bu Rini segera berlalu melewati Marwan yang tengah membersihkan kamar tersebut. Dia mengangguk keRini Marwan membungkuk hormat padanya.

Ibu Rini itu masih muda, paling tua mungkin sekitar 32 tahunan, begitu Marni pernah cerita kepadanya. Mereka menikah belum lama dan termasuk lambat karena keduanya sibuk di study dan pekerjaan. Namun setelah menikah, Bu Rini nampaknya lebih banyak di rumah. Walaupun sifatnya hanya sementara, sekedar untuk jeda istirahat saja.

Dengan perawakan langsing, dada besar sekitaran 36B, hidung mancung, bibir tipis dan Bokongnya yang Bulat kenyal serta kaki yang lenjang, Bu Rini terkesan angkuh dan anggun. Namun kelihatan kalau dia seorang yang baik hati dan dapat mengerti kesulitan hidup orang lain.

Namun Marwan tahu pasti Marni lebih dekat dengan majikannya, karena mereka sering bercakap-cakap di dapur atau di ruang tengah bila waktunya senggang. Beberapa hari kepergian Bapak ke Aceh, Marwan tanpa sengaja menguping pembicaraan kedua wanita tersebut.

“Itulah Marni.. kadang-kadang belajar perlu juga..” suara Bu Rini terdengar agak geli.
“Di kampung memang terus terang saya pernah Bu..” Marni nampak agak bebas menjawab.
“O ya..?”
“Iya.. kami.. sst.. pss..” dan seterusnya Marwan tidak dapat lagi menangkap isi pembicaraan tersebut. Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka berdua.

Marwan mulai lupa percakapan yang menimbulkan tanda tanya tersebut karena kesibukannya setiap hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman, memperbaiki kondisi rumah, pagar dan sebagainya yang dianggap perlu ditangani. Hari demi hari berlalu begitu saja. Hingga suatu sore, Marwan agak terkejut keRini dia tengah beristirahat sebentar di kamarnya.

Tiba-tiba pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..!” pintu itu segera menutup lagi. Dihadapannya kini Bu Rini majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat ia mengerti.

“Marwan…” suaranya agak serak.
“Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada perlu sebentar..”
“Maaf Bu..!” Marwan cepat-cepat mengenakan kaosnya.

Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Rini diam dan memberi kesempatan Marwan mengenakan kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Rini sudah dapat menguasai diri lagi. Dengan mimik biasa dia segera menyampaikan maksud kedatangannya.

“Hmm..,” dia melirik ke pintu.
“Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-siapa. Ibu hanya perlu meminjam sesuatu darimu..”
Kemudian dia segera melemparkan sebuah majalah.
“Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!” suara Bu Rini agak menekan.

Agak gelagapan Marwan membuka majalah tersebut dan terperangah mendapati berbagai gambar yang menyebabkan nafasnya langsung memburu. Meski orang kampung, dia mengerti apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang tengah menginjak usia yang sering kali membuatnya terbangun di tengah malam karena bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila baru nonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke arah “itu”.

Sejurus diamatinya Bu Rini yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok yang agak longgar warna hitam agak berkilat entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus itu menggerendel pintu.

Kemudian..,

“Berbaringlah.. dan lepaskan celanamu..!”

Agak ragu Marwan mulai membuka.

“Dalemannya juga..” agak jengah Bu Rini mengucapkan itu.

Dengan sangat malu Marwan melepaskan CD-nya. Sejenak kemudian terpampanglah Kontolnya ke atas.

Lain dari pikiran Marwan , ternyata Bu Rini tidak segera ikut membuka pakaiannya. Dengan wajah menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia segera bergerak naik ke atas tubuhnya. Marwan merasakan desiran hebat ketika betis mereka bersentuhan.

Tanpa memperlihatkan sedikitpun bagian tubuhnya, Bu Rini nampaknya hendak melakukan persetubuhan dengannya. Marwan menghela nafas dan menelan ludah keRini tangan lembut itu memegang alatnya dan,

“Bleesshh..!”

Cerita Lainnya:   Cerita Nikmat Nafsu Gede Ibu Mertuaku

Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Marwan sedikit mengerang menahan geli dan kenikmatan keRini barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu. Dengan masih menunduk Bu Rini mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan Marwan yang secara naluriah hendak merengkuhnya.

“Hhh.. ehh.. sshh.. ” kelihatan Bu Rini menahan nafasnya.
“Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan..” Marwan mulai mengeluh.
“Tahann sebentar.. sebentar saja..!” Bu Rini nampak agak marah mengucapkan itu, keringatnya mulai bermunculan di kening dan hidungnya.

Sekuat tenaga Marwan menahan aliran yang hendak meledak di ujung peralatannya. Di atasnya Bu Rini terus berpacu.. bergerak semakin liar hingga dipan tempat mereka berada ikut berderit-derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya nampak Bu Rini mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya yang putih berkeringat.

“Aaahhkhh..!”
“Pleph..!” tiba-tiba Bu Rini mencabut pantatnya dari tubuh Marwan. Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang tersingkap sebentar.
“Jangan cerita kepada siapapun..!” tandasnya, “Dan bila kamu belum selesai, kamu bisa puaskan ke Marni..

Marwan terhenyak di atas kasurnya. Sejenak dia berusaha menahan degup jantungnya. Diambilnya nafas dalam-dalam. Sambil sekuat tenaga meredam denyutan di ujung penisnya yang terasa mau menyembur cepat itu. Setelah bisa tenang, dia segera bangkit, mengenakan pakaiannya kemudian berbaring.

Perlakuan Bu Rini berlanjut tiap kali suaminya tidak ada di rumah. Selalu dan selalu dia meninggalkan Marwan dalam keadaan menahan gejolak yang menggelegak tanpa penyelesaian yang layak. Beberapa kali Marwan hendak meneruskan hasrat sex nya ke Marni, tetapi selalu diurungkan karena dia ragu-ragu, apakah semuanya benar-benar sudah diatur oleh majikannya atau hanyalah alasan Bu Rini untuk tidak memberikan balasan pelayanan kepadanya.

“Kriieet..!” ternyata Bu Rini

Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam ini beliau mengenakan daster merah jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Marwan tidak jelas mengamatinya. Karena segera dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat dan ludahnya terasa asin. Wajahnya terasa tebal tak merasakan apa-apa.

Agak terburu-buru Bu Rini segera menutup pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia menganggukkan kepalanya. Marwan segera paham. Dia segera menarik tali saklar di kamarnya dan sejenak ruangannya menjadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara menunggu Marwan melepas celananya, Bu Rini nampak menyapukan pandangannya ke seantero kamar.

“Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan kamarnya..” pikirnya.

Tapi segera terhenti ketika dilihatnya “alat pemuasnya” itu sudah siap. Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Setelah selesai Bu Rini segera berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak beranjak keRini tiba-tiba teringat sesuatu.

“Oh Ibu lupa..” terhenti sejenak ucapannya.

Marwan berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan mengatasi hasrat sex nya tiap kali ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih pinggang sexy itu tiap kali hendak keluar dari pintu.

Lanjutnya, “Hmm.. Marni pulang kampung pagi tadi..” dengan wajah agak masam Bu Rini segera mengurungkan langkahnya. “Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat. Sementara kamu tertinggal begitu saja karena tidak ada Marni..”

Marwan hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak pernah melanjutkan dengan Marni. Tapi mulutnya segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Rini akan memberinya sesuatu. Ternyata benar.. Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.

“Terpaksa Ibu melayani kamu malam ini. Tapi ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya boleh melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan kepadamu..”



Kemudian Bu Rini segera duduk di tepi ranjang. Diraihnya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejurus kemudian dia membuka pahanya. Matanya segera menatap Marwan dan memberinya isyarat.

“..” Marwan tergagap. Tak mengira akan diberi kesempatan seperti itu.

“Degh.. degh..” Marwan agak kesulitan memasukkan kontolnya.

Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga tidak ada pengalaman memasukkan sama sekali. Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika kepala penisnya menyentuh daging lunak dan bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Rini yang tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Rini menggigit bibir. Ingin rasanya menendang bocah kurang ajar ini.

Cerita Lainnya:   Cerita Enak Nafsu Gede Bude Rina Yang Montok


Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang memulai. Badannya menggelinjang menahan geli keRini dengan agak paksa namun tetap pelan Marwan berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan itu) ke peralatan rahasianya.

Beberapa saat kemudian Marwan secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.

“Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Rini yang basah belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.
“Plak.. plak.. plakk..,” kadang Marwan terlalu kuat menekan sehingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu.

“Ohh.. enak sekali..” pikir Marwan.

Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.

“Ehh.. shh.. okh..,” Marwan benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.

Hampir beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Marwan selintas melirik betapa wajah Bu Rini mulai memerah. Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri, kadang ke kanan.

“Hkkhh..” Bu Rini berusaha menahan nafas.

Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah diujung “konak”-nya. Tapi ternyata, “Huoohh..,”

Bu Rini merasakan otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Marwan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan hasrat sex nafsu nya.

Dia benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin segera dikeluarkannya ..!

”Ehh..” Bu Rini tak mampu lagi membendung hasrat sex nafsu nya.

Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Marwan semakin terangsang. Dia menunduk mengamati memeknya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin teremas-remas.

“Ohh.. aduh.. Bu..,” Marwan mengerang pelan penuh kenikmatan.
Yang jelas Bu Rini tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.
“Okh.. hekkhh..” Bu Rini menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itu benar-benar kuat dan tahan.
Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.

“Aaakkhh..!” dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang kedua dari si Marwan malam ini.

Sementara si Marwan pun sudah tak tahan lagi. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya benar-benar seperti dipelintir hingga,

“Cruuth..! crut.. crut..!” memancar suatu cairan kental dari sana. Marwan merasakan nikmat yang luar biasa. Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-gatal gimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Marwan terkulai.

Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya menengadah sementara secara alamiah tangannya terus meremas-remas penisnya, menghabiskan sisa cairan yang ada disana. Ooohh.. enak sekali..

“Berapa jam biasanya kamu melakukan ini dengan Marni, Marwan ..?” tanya Bu Rini menyelidik.

Marwan terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?

“Kenapa diam..?”

Marwan menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”

“Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”

“Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”

“Oo..,” Bu Rini melongo.

Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex nya yang menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.

“Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Marni mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?” kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.

“Mengerti Bu..,” Marwan menjawab penuh rasa rikuh.

Related Posts

No comments:

Post a Comment